Sabtu, 21 Februari 2009

CINTA SEJATI

"Cinta sejati datang dan pergi pada saat yang tepat"
Cinta abadi mungkin tidak pernah ada, karena sesuatu yang abadi hanyalah milik Tuhan. Tetapi, cinta sejati itu harus ada, karena jika cinta sejati itu tidak ada, maka cinta itu bukanlah sesuatu yang benar-benar ada. Karena keberadaannyalah, ada cinta yang palsu dan ada juga cinta sejati atau cinta yang sesungguhnya.
Lalu apakah cinta sejati itu?
Cinta sejati adalah rasa yang tumbuh dan berbunga bukan karena keegoisan dan paksaan. Ia tumbuh seperti bunga yang tumbuh tanpa ada yang menanam di semak belukar, dan ia berbunga layaknya bunga mawar yang akan berbunga tanpa kenal musim dan iklim. Ia adalah air yang selalu ada bagi musafir yang berjalan mengarungi gurun pasir. Ia bagaikan oksigen yang akan selalu ada untuk seseorang yang sedang berjuang melawan maut yang akan menjemputnya, dan ia bagaikan udara sore hari yang menerpa dengan lembut menghempaskan semua lelah dan kegundahan yang memenuhi raga.
Cinta sejati tidak akan pernah meminta tapi memberi, walau cinta sejati akan selalu berharap untuk di beri. Ia datang bukan untuk menagih janji, namun ia datang untuk memenuhi janji, dan ia pergi tidak untuk lari, namun ia pergi untuk memberi arti. Ia hanya ada untuk yang ia cintai dan ia pun pergi hanya untuk yang ia kasihi.
Jika kau yakin akan cintamu, maka tunggulah ia datang menghampirimu, dan ketika kau memiliki keraguan padanya, maka biarkanlah ia lepas meninggalkanmu. Karena, cinta sejati akan datang dan pergi pada saat yang tepat. Jangan pernah kau paksakan cintamu, atau kau akan menyesal ketika ia meninggalkanmu.

Senin, 09 Februari 2009

I am The Next President

Semua orang punya mimpi dan cita-cita masing-masing. Mimpi-mimpi itu bisa berupa sesuatu yang biasa saja atau sesuatu yang istimewa. Seperti ketika saya bermimpi (bercita-cita) ingin jadi presiden tahun 2019. Mungkin orang akan mengatakan saya terlalu berlebihan atau terlalu ambisius. Namun, sesungguhnya itu adalah sah-sah saja, karena yang namanya mimpi hanyalah sebuah keinginan yang ada dalam hati.
Namun, ketika kita mempunyai mimpi (apa pun bentuknya), jangan pernah beranggapan bahwa mimpi-mimpi yang kita miliki itu pasti kita capai atau kita miliki. Karena siapa pun orangnya, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi esok hari dalam kehidupannya secara pasti, apalagi memastikan sesuatu yang masih dalam angan-angan dan masih belum ketahuan kapan datangnya.
so, kata yang paling bijak adalah "walau kita tidak mampu dan tidak bisa menjadi pemimpin, bukan berarti kita tidak boleh bermimpi menjadi pemimpin". Dan untuk mencapai mimpi yang kita miliki, hanya ada dua kunci yaitu; Keyakinan dan Usaha. Jadi, yakinlah kau akan mencapai mimpimu dengan usahamu atau "YAKUSA" (Yakin Usaha Sampai).
so, jangan pernah takut untuk mengatakan mimpimu seperti "I AM THE NEXT PRESIDENT" atau apa pun yang kamu inginkan selama itu wajar dan tidak keluar dari kemampuan manusia.
<------say what you wanna be tomorrow------>

DAMAI

“Damai itu indah” keindahan yang sekarang ini entah ada di mana. Keindahan yang mungkin telah tenggelam di dasar laut merah atau tertimbun salju abadi di kutub utara sana. Keindahan yang mungkin terdampar oleh ombak keserakahan egoisme manusia. Dan keindahan yang mungkin sudah pudar warnanya.
Keindahan itu hanya dimiliki oleh orang-orang yang mampu melihat dunia sebagai hamparan keindahan yang maya. Keindahan itu hanya dimiliki oleh mereka yang mampu menghargai perbedaan dan perselisihan sebagai bagian keindahan dunia. Keindahan yang hanya milik manusia yang mampu menerima segala corak dan warna manusia sebagai rahmat dari_Nya.
Untuk apa kita mengatakan “damai itu indah” jika kita tak bisa menerima segala perbedaan yang ada. Untuk apa kita mengatakan “damai itu ada” jika kita membiarkan penindasan demi penindasan terjadi di depan mata kita. Layakkah kita mendapatkan kedamaian jika kita tak pernah peduli akan keberadaannya.
Hari ini arti “damai itu indah” sedang diuji di mata dunia. Kita diajak untuk membuka mata dan mencari perdamaian yang sering kita damba-dambakan itu. Adakah ia benar-benar ada, atau hanya sebuah slogan yang sesungguhnya tiada. Karena, dengan hanya mengatakan damai itu ada tidak menjadikan damai itu benar-benar ada tanpa kita membuktikan dan mewujudkan kedamaian itu secara nyata. Layaknya seorang pembual yang mengatakan “saya mempunyai mobil mewah”, namun tanpa menghadirkannya atau menunjukkan cirri-ciri dari mobil mewah yang ia miliki itu tidak berarti bahwa ia benar-benar memiliki mobil mewah yang ia katakana itu.
Jika memang damai itu ada, kenapa kita hanya diam melihat penindasan-demi penindasan yang terjadi di Palestina, irak, Afghanistan, dan Moro, belum lagi penindasan-penindasan yang lain yang secara kasat mata bisa dilihat oleh mata dunia. Apakah Indonesia, Malaysia, Amerika, Prancis dan Negara-negara lain tidak menginginkan perdamaian itu, sehingga mereka hanya diam melihat apa yang terjadi dan menginjak-injak arti “damai itu indah”. Jika kita memang ingin mendapatkan arti damai itu indah, seharusnya kita tidak hanya menjadi penonton dan ambil bagian dalam menemukan perdamaian itu, atau kita tidak akan pernah mendapatkan arti damai yang sesungguhnya. Adakah penonton sepak bola bisa menciptakan gol dan memberikan umpan untuk memenangkan sebuah pertandingan sepak bola? Jawabannya adalah “tidak pernah”. Karena penonton hanya akan bergembira ketika tim kesayangannya menang dan menangis ketika tim kesayangannya kalah tanpa dapat merasakan indahnya kemenangan dan pahitnya kekalahan.
“Hidup ini tak akan pernah berarti jika kita tidak pernah memberi arti terhadap hidup ini”. Adakah pohon kelapa itu berarti jika batang, buah serta daunnya tidak bermanfaat, atau adakah lebah itu berarti jika ia tidak memiliki madu dan membantu perkawinan tanaman untuk berbuah. Itu adalah sebuah perumpamaan bagi kita yang ingin memiliki arti dalam hidup ini, tapi jika kita tidak ingin memiliki arti dalam hidup ini, sepertinya cukuplah kita hanya jadi penonton dan pembual saja.
Cobalah sejenak kita renungkan “celoteh asing” di atas. Dengan begitu mungkin kita akan dapat menemukan dan mengembalikan arti damai yang selama ini tersembunyi entah di mana. Dalam sesaknya ruang yang tercipta untuk damai bersinggah, coba kita memberikan sedikit ruang dalam hati kita untuknya. Jangan biarkan ia terombang-ambing derasnya ombak perkembangan jaman yang semakin gila. Biarkan ia tumbuh subur dalam hati kita dengan menaburkan pupuk cinta kepada sesama dan dengan siraman air kasih sayang ke penjuru dunia. Lalu, jangan biarkan ia layu dan tak berbunga, agar ia mampu menghiasi dunia dengan keindahannya. Amin…

YAKUSA

Senin, 02 Februari 2009

DEMOKRASI DAN EGOISME KELOMPOK




















“Demokrasi hanya membuahkan sebuah
individualisme kelompok”

Demokrasi pada akhirnya menjadi pilihan bagi beberapa Negara di Dunia ini sebagai faham dasar kepemimpinan mereka. Mereka beranggapan, bahwasanya demokrasi adalah sebuah solusi untuk membebaskan mereka dari kekuasaan yang Otoriterisme dan Kapitalisme. Salah satu Negara penganut fahan ini adalah Indonesia. Perjalanan sejarah yang silih berganti dan faham yang dipakai pun seakan mengikuti kehendak dari para pemimpin dan penentu sejarah.
Dari Negara-negara yang menganut faham Demokrasi, beberapa Negara mengalami benturan-benturan untuk menuju makna sesungguhnya dari demokrasi itu sendiri. Demokrasi yang banyak diartikan dengan “Kedaulatan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat” ini sepertinya masih belum sesuai dengan kenyataan yang terjadi di sebagian Negara yang menganut faham tersebut. Yang muncul bukanlah kedaulatan dari, oleh dan untuk rakyat, namun kedaulatan dari, oleh dan untuk kelompok terbesar (mayoritas). Ini bisa kita lihat pada kenyataan yang begitu kentara di sekeliling kita. Kebanyakan dari kita (sebagai Negara penganut faham Demokrasi), menonjolkan dan menampakkan keegoisan kelompok kita sendiri tanpa mau dan peduli dengan apa yang terjadi pada orang-orang di luar kelompok kita. Yang paling menyesakkan lagi, sebagai seorang pemimpin Negara, sampai pada pemimpin adat pun masih banyak yang lebih mementingkan kepentingan kelompoknya sendiri dari pada kepentingan orang-orang di luar kelompoknya.
Itukah arti dari demokrasi yang kita bangga-bangga_kan itu?
Sepertinya kita perlu belajar lagi untuk menjadi sebuah Negara yang benar-benar berfaham demokrasi. Jika memang makna dari demokrasi itu sebatas itu saja, maka apa untungnya kita mempunyai Negara yang besar, rakyat yang banyak dan kekayaan alam yang melimpah. Apakah semua itu hanya digunakan untuk kepentingan kelompok semata? Tentu tidak, semua itu haruslah kita manfaatkan dan fungsikan untuk kepentingan bersama bukan untuk kepentingan kelompok belaka. Apalagi sebagai seorang pemimpin, mereka harus benar-benar memahami arti demokrasi yang sesungguhnya. Jangan sampai ketika mereka menjadi seorang pemimpin, apa yang mereka perjuangkan dan lakukan hanya demi kepentingan kelompok semata. Ini sudah banyak terjadi di sekitar kita, dan yang lebih menyedihkan lagi, mereka menggunakan kepentingan kelompok mereka sebagai perahu politik. Contoh yang paling mudah kita temukan salah satunya ketika seseorang ingin maju sebagai wakil rakyat, mereka akan bertanya apa kehendak dan keinginan suatu kelompok, lalu dengan mudahnya mereka berjanji akan memenuhi apa yang menjadi keinginan dan kehendak kelompok tersebut jika mereka memenangkannya dalam pemilihan umum di daerah kelompok tersebut dan berhasil menjadi Anggota Dewan. Namun, ketika ia tidak terpilih atau tidak dimenangkan di daerah tersebut, ia enggan untuk memenuhi dan memperjuangkan kehendak dan keinginan kelompok tersebut. Padahal, seharusnya tanpa sebuah kesepakatan yang dibuat dan dijanjikan pun, mereka wajib untuk memenuhi dan memperjuangkan hak kelompok mana pun selama itu masih dalam wilayah kekuasaannya. Karena, seseorang yang telah menjadi pemimpin suatu daerah atau wilayah, maka ia telah menjadi pemimpin bagi seluruh rakyat dan semua lapisan masyarakat yang ada dalam wilayah kekuasaannya, bukan lagi pemimpin bagi kelompoknya sendiri.
Itulah sesungguhnya yang menjadi pokok permasalahan Negara-negara penganut faham demokrasi pada umumnya. Ditambah lagi permasalahan kepentingan individu yang sudah menjadi pokok permasalahan yang menjamur pada Negara-negara atau wilayah-wilayah yang berfaham apa pun. Ini merupakan PR bagi kita semua sebagai Negara yang berfaham demokrasi. Jangan sampai keadaan seperti ini terus berlanjut dan terus berkembang, sehingga mungkin kelak anak cucu kita yang akan menjadi korban kepentingan politik yang busuk ini.
Saya mengutip sebuah kalimat dari Film “Love” yaitu “jika kita berhenti hari ini, maka kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi esok nanti”. Berpijak dari kalimat yang saya sadur itu, maka marilah kita memulai untuk melakukan sesuatu demi sebuah perubahan esok hari yang lebih baik. Jangan biarkan perubahan-perubahan yang terjadi itu berjalan dengan sendirinya. Kita harus menjadi pemain dan pelaku perubahan itu, kita tidak boleh sekedar menjadi penonton. Memang ini bukanlah hal yang mudah untuk kita lakukan, namun jika kita hanya diam dan tidak berbuat apa-apa ketika melihat fenomena yang menyedihkan ini, maka kapan perubahan yang kita inginkan menjadi sebuah kenyataan, dan akhirnya akankah anak cucu kitalah yang menjadi korban berikutnya.

~~~~@@@@~~~~

Minggu, 18 Januari 2009

PASTI BISA

Semua orang pasti bisa……



Semua orang terlahir dengan keadaan yang sama, tak berbaju dan tak ada yang langsung bisa berlari atau bahkan berbicara. Disamping itu pula, semua orang mempunyai waktu yang sama, yang bisa mereka manfaatkan untuk apapun yang mereka kehendaki, akankah mereka gunakan untuk berfikir, berhayal, bermain-main, bekerja bahkan untuk berfoya-foya.



Semua orang memiliki kelebihan dan juga kekurangan yang semua itu adalah hasil karya mereka dalam mengambangkan keahlian, skill dan keilmuan mereka sediri-sendiri. Tak ada seseorang yang memiliki kelebihan tanpa ada kekurangan dibalik kelebihan yang mereka miliki itu.



Semua orang mempunyai kesempatan dan hak yang sama….

Bukan saya, anda, teman anda, orang kaya, orang pintar dan siapa saja yang ada di dunia ini yang memiliki kesempatan untuk meraih sebuah impian dan pencapaian yang ada, namun semua orang mempunyai kesempatan yang sama. Begitu juga dengan hak semua orang itu sama secara mendasar, semua orang berhak untuk hidup, mendapat keadilan, berbahagia, sukses, hidup tenang dan tak terganggu oleh hak-hak orang lain.



Yang membedakan diantara semua manusia hanyalah cara dan usaha yang mereka usahakan untuk meraih mimpi dan angan-angan mereka. Jika kita mempunyai bayak waktu yang terbuang sia-sia maka bersiap-siaplah untuk menjadi pecundang dan penonton dari orang-orang yang lebih bisa memanfaatkan waktu mereka untuk meraih impian dan cita-cita mereka.



Jadi…

Jika semua orang memiliki bekal yang sama dalam mengarungi kehidupan ini, sepertinya kita tidak berhak untuk memiliki perasaan iri dan dengki terhadap apa yang didapatkan orang lain atas impian-impian mereka.